TARI PIRING: KEBUDAYAAN TARI TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU SUMATERA BARAT
18
- November
2022
Posted By : hmpsfishipol
Komentar Dinonaktifkan pada TARI PIRING: KEBUDAYAAN TARI TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU SUMATERA BARAT
TARI PIRING: KEBUDAYAAN TARI TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU SUMATERA BARAT

Oleh Insani Fitri Sholichah | Editor: Fauqon Nuri Misbahudin

Kebudayaan adalah sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan di dalam kehidupan masyarakat. Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan kebudayaan, dari Sabang hingga Merauke setiap daerah memiliki corak serta kebudayaan yang unik seperti lagu, tarian, upacara tradisi, makanan tradisional dan lain sebagainya. Beragamnya kebudayaan ini perlu untuk terus dilestarikan dan dijaga agar tidak pudar karena perkembangan zaman. Salah satu cara yang dapat dilakaukan untuk menjaga kelestarian budaya tradisional ialah dengan menampilkan pertunjukan kebudayaan secara rutin di setiap daerah. Dengan begitu masyarakat akan terus mengingat kebudayaan tersebut dari generasi ke generasi. Kebudayaan yang sering tampil dalam pertunjukan kebudayaan serta memiliki daya tarik yang besar di masyaralat adalah tarian. Tari merupakan suatu media ekspresi ataupun sebagai sarana komunikasi seorang seniman yang ingin ditampilkan kepada penonton maupun penikmatnya. Tarian juga dapat menunjukan suatu jati diri dari daerah itu tersendiri. Setiap gerakan dalam tarian yang ditampilkan memiliki makna dan filosofi. Sehingga tarian tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja, namun juga dapat menjadi sebuah pengingat serta media pendidikan bagi para penontonnya dan warga sekitar. Salah satu tarian di Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri ialah Tari Piring.

Tari Piring atau dalam bahasa minang disebut Tari Piriang merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari dari Kota Solok, Sumatera Barat. Sesuai dengan namanya properti utama dalam tarian ini ialah menggunakan piring. Para penari akan mengayunkan piring di tangan mereka tanpa satupun piring terlepas dengan melakukan gerakan-gerakan cepat serta teratur mengikuti iringan musik yang diputar. Gerakan-gerakan yang ada dalam Tari Piring selain diadaptasi dari kegiatan masyarakat di Minangkabau pada zaman dulu yang berprofesi sebagai petani, gerakan Tari Pirng juga diadaptasi dari beberapa gerakan-gerakan silat. Setiap gerakan-gerakan yang ditampikan dalam tari piring memiliki makna serta filosofi yang berbeda-beda. Tari piring pernah berhasil memecahkan rekor dunia, yakni jumlah penari dalam Tari Piring berjumlah lebih dari 2000 orang penari. Semua orang dari berbagai macam profesi ikut melakukan Tari Piring untuk memecahkan rekor dunia sehingga menjadikan Tari Piring sebagai salah satu tarian populer di Indonesia yang mendunia.

Sejarah Kemunculan Tari Piring

Tari Piring telah ada di Kepulauan Melayu sejak 800 Tahun lalu. Tari Piring juga dipercaya telah muncul di Sumatera Barat dan berkembang pada zaman Sriwijaya. Pada abad ke-16 munculnya kerajaan Majapahit menyebabkan Sriwijaya runtuh dan mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang Sriwijaya saat itu. Tari piring pada awalnya ditampilkan pada acara adat suku Minangkabau dan pada acara malam berinai masyarakat suku Melayu. Sehingga seiring berjalannya waktu kebiasaan suku Minangkabau juga menjadi kebiasaan suku Melayu.

Sebelum ajaran Islam masuk ke Nusantara, masyarakat Minangkabau memiliki kepercayaan terhadap dewa-dewi. Sehingga pada awalnya Tari Piring dilakukan oleh masyarakat sebagai wujud pemujaan terhadap Dewi Padi setiap musim panen tiba. Masyarakat melakukan hal tersebut bertujuan sebagai bentuk ucapan terima kasih atas berhasilnya panen yang mereka lakukan. Selain itu mereka menjadikan Tari piring sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada dewa-dewi karena Tari Piring mengandung nilai-nilai keindahan serta memiliki nilai kebudayaan dari leluhur. Ritual tersebut biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara membawa beberapa sesaji. Biasanya sesaji yang dibawa adalah dalam bentuk makanan. Kemudian sesaji diletakkan di dalam sebuah piring sambil mengambil langkah dengan gerakan yang teratur, sinkron, dan dinamis.

            Setelah pedagang Arab datang ke Indonesia dengan membawa ajaran Agama Islam, kepercayaan masyarakat terhadap Tari Piring sebagai tarian ucapan terima kasih kepada dewa-dewa mulai berubah. Tidak hanya kepercayaan masyarakat saja yang berubah, akan tetapi juga konsep dari Tari Piring tersebut juga berubah. Tari Piring berubah menjadi media hiburan untuk di berbagai acara seperti pernikahan, acara adat, hingga sebagai sambutan untuk menerima tamu serta yang tidak kalah penting. Tari piring dijadikan sarana pendidikan bagi generasi penerus untuk melestarikan serta mengenal kebudayaan mereka.

Makna Gerakan Dalam Tari Piring

Tari piring merupakan sebuah tarian yang menggunakan dua buah piring di atas kedua telapak tangan penarinya, yang selanjutnya dianyunkan mengikuti irama musik dari Talempong dan Saluang. Gerakan tari Piring dimainkan dengan gerakan tarian yang cepat dan teratur. Gerakan-gerakan dalam Tari Piring memiliki makna yang berbeda-beda dalam setiap gerakannya yaitu:

  1. Gerak Pasambahan: Merupakan gerakan yang dilakukan oleh penari lelaki sebagai pembuka dari Tari Piring. Gerakan ini memiliki arti yakni ungkapan syukur kepada Allah SWT serta bentuk permohonan maaf kepada penonton apabila selama pertunjukan tari dilakukan terdapat hal-hal yang membuat tarian ini tidak bisa dinikmati secara maksimal.
  2. Gerak Singanjuo Lalai: Merupakan gerakan yang dilakukan oleh penari wanita dengan lemah gemulai. Gerakan ini memiliki arti yakni kegiatan yang diakukan wanita di pagi hari yang sesuai terhadap adat dalam suku Minangkabau.
  3. Gerak mencangkul: Mirip seperti gerakan mencangkul yang dilakukan petani. Gerakan ini memiliki arti yakni pekerjaan Petani ketika mengerjakan sawah yang mereka. miliki.
  4. Gerak menyiang: Gerakan selanjutnya yakni menyiang merupakan gambaran dari kegiatan petani ketika membersihkan tanah dari rerumputan sehingga padi dapat tertanam dengan baik.
  5. Gerak membuang sampah: Gerakan ini memiliki arti proses penanaman padi. Setelah sawah dibersihkan, petani akan menyemai padi yang telah disiapkan.
  6. Gerak memagar: Gerakan ini melambangkan arti petani memagari atau memberi batas di pematang sawah agar padi yang sudah ditanam tidak dimakan oleh hewan liar di sawah.
  7. Gerak menyabit padi: Gerakan ini memiliki arti menggambarkan para petani yang sedang mengambil hasil panen mereka dengan cara menyabit.
  8. Gerak menampih padi: Gerakan ini memiliki arti menggambarkan para petani atau tukang kebun yang sedang menampih padi yang sudah menjadi beras untuk siap dijual.
  9. Gerak mengantar Juadah atau makanan: Gerakan ini memiliki arti menggambarkan para istri atau keluarga dari petani yang mengantarkan bekal makan siang para petani atau tukang kebun yang sedang beristirahat seusai membajak  sawah mereka.

Fungsi Tari Piring

Tari piring sering digunakan oleh masyarakat Minangkabau ketika ada acara adat maupun sosial seperti penobatan gelar penghulu, penobatan gelar pendekar, peristiwa (ritual) kematian, ritual kelahiran, pesta perkawinan, peresmian, penyambutan tamu agung, acara masa menuai, dan mendirikan rumah gadang. Biasanya ketika acara pelantikan penghulu, pertunjukan Tari Piring akan didahului oleh pertunjukan Tari Galombang. Hal ini disebabkan karena penari yang menarikan tari Galombang berasal dari pencak silat yang ada di tempat penghulu dinobatkan. Selain untuk acara adat, Tari Piring juga digunakan dalam berbagai acara sosial masyarakat yang terdapat di berbagai nagari di Sumatera Barat, seperti acara mambuka kapalo banda (upacara memperbaiki irigasi), acara alek nagari (pesta desa), pasar malam, dan acara manahun (turun ke sawah), maupun dalam acara yang bersifat pemerintahan.

    Tari Piring sering difungsikan oleh masyarakat Minangkabau untuk media hiburan masyarakat, media pendidikan kebudayaan bagi generasi muda, media pelengkap untuk acara ritual adat, dan sebagai bagian dari media olah tubuh dalam pelatihan pencak silat. Bahkan Tari piring merupakan media integrasi sosial bagi masyarakat Minangkabau di berbagai daerah di Sumatera Barat. Sebagai media hiburan, Tari Piring digunakan untuk menghibur masyarakat dalam berbagai acara adat maupun acara sosial, seperti yang sering ditampilkan dalam acara pernikahan. Selanjutnya Tari Piring juga ditampilkan dalam acara panen padi dan acara meresmikan balai adat, turun mandi anak (ritual kelahiran), hingga hiburan masyarakat dalam kegiatan yang bersifat pemerintahan.

PENUTUP

Tari Piring atau dalam bahasa minang disebut Tari Piriang merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari dari Kota Solok, Sumatera Barat. Tarian ini menggunakan properti utama piring. Tari Piring dipopulerkan oleh Huriah Adam. Tarian ini menjadi ciri khas dari masyarakat Minangkabau. Tari piring memiliki berbagai gerakan yang menyimpan makna disetiap gerakannya. Gerakan dari tari Piring diadaptasi dari kegiatan masyarakat di Minangkabau pada zaman dulu yang berprofesi sebagai petani. Selain itu, gerakan Tari Piring juga diadaptasi dari beberapa gerakan-gerakan silat. Tari Piring dipercaya telah ada sejak 800 tahun yang lalu. Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, fungsi dari tari piring yakni sebagai ucapan terima kasih kepada Dewi Padi yang telah menyelamatkan panen masyarakat dari kegagalan. Namun setelah agama Islam masuk, Tari Piring berubah menjadi media pendidikan tradisional untuk mengajarkannya pada generasi muda, media hiburan bagi masyarakat, serta media pelengkap untuk acara-acara adat maupun acara sosial. Eksistensi Tari Piring hingga saat ini masih tinggi. Banyak anak muda yang tidak hanya berasal dari Sumatera, melainkan dari seluruh daerah Indonesia yang mempelajari Tari Piring. Tidak ketinggalan, banyak masyarakat yang juga menggunakan Tari Piring ketika upacara pernikahan mereka. Tari Piring menjadi identitas masyarakat Minangkabau dan menjadi salah satu tarian populer dari Indonesia yang unik dan  menarik. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia untuk menjaga dan melestarikan budaya tradisional Indonesia agar tidak pudar dimakan waktu.

Referensi

Azizah, L, N. (2022). Mengenal Sejarah Asal Tari Piring dan Makna Setiap Gerakannya. Tersedia pada https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-asal-tari-piring/. diakses pada tangggal 4 Juli 2022.

Fathonah, S., Paramitha, S., & Utami, L, S, S. (2019). “Makna Pesan dalam Tari Tradisional (Analisis Deskriptif Kualitatif Makna Pesan dalam Kesenian Tari Piring)” , Koneksi, vol 3, No.1. hlm. 99-104.

Ilham, I. (2021). “Perancangan Informasi Tari Piring Sanggar Bungo Rampai Melalui Video Profil”, Doctoral Dissertation, Universitas Komputer Indonesia.

Indrayuda. (2013). “Popularitas Tari Piring sebagai Identitas Budaya Minangkabau”,

Panggung: Jurnal Seni dan Budaya, Vol. 23 No.3, hlm. 270-280.

Surya, W. (2018). “Tari Piring di Pindai Sikek Sebuah Tinjauan Pewarisan”, Jurnal seni Pertunjukan, Vol. 4, No. 1, hlm. 57-69.