KONSEP PENDIDIKAN YUSUF BILYARTA MANGUNWIJAYA
29
- Agustus
2021
Posted By : hmpsfishipol
Komentar Dinonaktifkan pada KONSEP PENDIDIKAN YUSUF BILYARTA MANGUNWIJAYA
KONSEP PENDIDIKAN YUSUF BILYARTA MANGUNWIJAYA

“Manusia tanpa harapan, dia mayat berjalan.”

– Y.B Mangunkusumo

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau Y.B. Mangunwijaya lahir di Ambarawa, 6 Mei 1929. Beliau merupakan anak dari seorang guru SD yaitu Yulianus Sumadi Mangunwijaya dan Serafin Kamdaniyah. Hidup di lingkungan keluarga yang berbasis pendidikan membuat Y.B. Mangunwijaya mulai tertarik dan memperhatikan sistem pendidikan di Indonesia. Beliau menamatkan pendidikan SD di Magelang, Sekolah Teknik di Yogyakarta, dan SLA di Malang, kemudian melanjutkan studinya di Institut Teknologi Bandung.

Romo Mangun merupakan seorang pastor, teolog, aktifis sosial, pendidik, arsitek, dan penulis yang sangat produktif. Beliau juga salah satu tokoh yang peduli atas nasib pendidikan Indonesia terutama pendidikan bagi anak kurang mampu. Masa Orde Baru merupakan masa di mana pendidikan di Indonesia mengalami gejolak yang cukup memengaruhi pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang memiliki kepentingan politik dan sentralisasi disebut sebagai faktor utama. Hal tersebut tentunya merugikan rakyat kecil dan miskin. Pola pendidikan Barat yang dibawa dan diperkenalkan oleh para penjajah dari Belanda telah menggeser pola pendidikan tradisional Jawa. Pola pendidikan yang semula hanya menempatkan anak dalam posisi sekunder menjadi lebih mengakui dan menghargai anak sebagai individu yang bebas atau merdeka.

Pemikian Y.B. Mangunwijaya atau lebih akrab disapa Romo Mangun mengenai pendidikan sebagaian besar dipengaruhi oleh beberapa tokoh besar dalam dunia pendidikan, budaya Jawa, dan ajaran-ajaran agama Katolik. Tokoh-tokoh yang memengaruhi pemikiran Romo Mangun diantaranya adalah Paulo Freire dan Jean Piaget. Romo Mangun juga berpendapat bahwa setiap sistem pendidikan ditentukan oleh filsafat tentang manusia dan citra masyarakat. Prinsip hidup Romo Mangun dikenal dengan Tri Bina yaitu bina manusia, bina usaha, dan bina lingkungan. Sehingga, beliau selalu melakukan pembebasan dan pemerdekaan jiwa individu dari penindasan yang kuat terhadap yang lemah.

Paulo Freire merupakan salah satu tokoh dalam perjuangan dalam bidang pendidikan. Ia merupakan salah satu penentang pola pendidikan yang berdasar pada pedagogi tradisional dogmatis atau yang lebih dikenal dengan the banking concept of education. Dalam pola pendidikan ini peserta didik diibaratkan sebagai tabungan dan guru diibaratkan sebagai pemegang kendali/penabung. Kegiatan pembelajaran pada pola pendidikan the banking concept of education ini murid hanya diajari, digurui, dan dijejali dengan materi-materi pelajaran yang telah dirancang oleh guru atau lembaga pendidikan sehingga peserta didik kurang dapat mengeksplorasi bakat dan minatnya.

Paulo Freire menghendaki adanya kebebasan, oleh karena itu ia memperkenalkan konsep pendidikannya yaitu pendidikan pembebasan. Pendidikan pembebasan merupakan usaha yang dilakukan manusia dalam mendidik menjadi individu yang sadar akan sekelilingnya. Romo Mangun juga tidak setuju dengan pola pendidikan the banking concept of education karena sejatinya kodrat anak adalah serba ingin tau dan ingin mencoba. Jika anak dikekang dan harus  menuruti guru saja, maka anak dapat mengalami frustasi dan tidak dapat berfikir dan bertindak secara kreatif.

Selain terinspirasi oleh Paulo Freire, Romo Mangun juga mengadopsi pemikiran Jean Piaget. Konsep pendidikan oleh Jean Piaget yaitu menghendaki pendidikan yang menghargai perkembangan anak dalam berfikir. Dengan kata lain menyatakan bahwa tidak ada anak yang bodoh, hanya pendidikan yang tidak tahu bagaimana cara mendidiknya dengan cara yang tepat. Jean Piaget juga terkenal dengan teori perkembangan kognitifnya. Dalam teori belajar kognitif, yang lebih diutamakan adalah proses belajar bukan hasil belajar.

Dalam budaya Jawa Romo Mangun menemukan konsep yakni ajrih-asih, cinta kasih, dan rasa takut. Selain itu, Romo Mangun juga menjadikan asas-asas yang telah didekritkan oleh Konsili Vatikan II dalam dokumen Gravissimum Educationis (Tentang Pendidikan Kristen) sebagai acuan. Konsep pendidikan Romo Mangun berakar kuat pada tradisi filsafat yang kemudian beliau kembangkan berdasarkan teori-teori kritikus pendidikan Barat seperti Paulo Freire dan Jean Piaget.

Romo Mangun juga memperkenalkan konsep pendidikan ideal. Konsep-konsep ini juga merupakan impian dari Romo Mangun mengenai pendidikan di Indonesia. Impian yang dimaksud adalah jika Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diterapkan pada anak, maka perlu UU yang efektif untuk melindungi anak. MPR dan DPR RI beramanat tentang pelaksanaan Mukadimah UUD 1945 dengan cara yang lebih cerdas dari sekarang. Adanya UU Pokok Pendidikan yang sejati, wajib belajar 9 tahun yang berarti anak di bawah usia 15-16 tahun harus sekolah dan dibiayai oleh pemerintah. Sekolah murah haruslah diperuntukkan pada anak-anak kurang mampu, serta adanya penghargaan dan perlindungan anak sehingga anak terpupuk, mekar secara alami, serta kultural. Selain konsep-konsep di atas, Romo Mangun juga memiliki gagasan strategi diantaranya adalah Masyarakat Belajar (MB) dan Sistem Belajar Seumur Hidup (BUH). Masyarakat Belajar adalah suatu gagasan dimana masyarakat menjalani proses belajar. Sedangkan Belajar Seumur Hidup merupakan gagasan di mana belajar itu tidak hanya di jenjang pendidikan formal, namun sampai usia senja atau seumur hidup.

Romo Mangun merupakan salah satu tokoh pemerhati pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan bagi anak miskin. Hal tersebut dibuktikan dengan pendirian Sekolah Dasar Eksperimental Kanisius Mangunan yang merupakan sekolah rintisan beliau bersama dengan seorang temannya. Dalam sekolah dasar ini, pembelajaran dilakukan berdasarkan konsep pemikiran Romo Mangun yang dibantu oleh Dinamika Edukasi Dasar (DED) sebagai bentuk pembaharuan pendidikan.

Penutup

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Y.B. Mangunwijaya merupakan salah satu tokoh pemerhati pendidikan Indonesia. Y.B. Mangunwijaya juga sangat peduli akan nasib pendidikan anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Banyak konsep dan gagasannya mengenai pendidikan di Indonesia yang saat ini masih digunakan. Sumbangan nyata dari Y.B. Mangunwijaya yaitu pendirian Sekolah Dasar Eksperimental Kanisius Mangunan yang konsep pendidikannya sesuai dengan konsep pemkiran Y.B. Mangunwijaya.

Penulis : Novi Astuti

Editor : Rizka Rahmawati

Daftar Pustaka

Akbar, Muhammad Rizqi. 2020. Studi Komparasi Filsafat Pendidikan Y.B. Mangunwijaya dan Ki Hadjar Dewantara Serta Relevansinya Bagi Pendidikan Di Indonesia. Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada.

Asmarani, Ni Nyoman Oktaria. 2016. Filsafat Pendidikan Y.B. Mangunwijaya dan Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia. Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada.

Nuryana, Zalik. 2019. Pendidikan Sebagai Media Penanaman Nilai Multikultural (Studi Penerapan Pendidikan Multicultural Di SDEK Mangunan Yogyakarta). Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Risyanto, Dwi dan Dyah Kumalasari. 2016. Pemikiran Y.B.Mangunwijaya Tentang Pendidikan Sekolah Dasar di Yogyakarta Tahun 1974-1999. Universitas Negeri Yogyakarta.

Tari, Ezra. 2020. Obituari Yusuf Bilyarta  Mangunwijaya.(1929-1999). Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen. 2 (1). Hlm.166-172.

Category: